Motivasi Bisnis Bernapaskan Islami

Tema-tema buku tentang psikologi bisnis selalu memantik minat untuk dibaca. Kadang judulnya menggoda, meski ternyata isinya biasa-biasa saja. Kadang sebaliknya, judul buku standar namun setelah dibaca sangat sarat makna. Pasar buku motivasi yang terus berkembang mendorong banyak penulis untuk ikut meramaikan konstelasi buku tema-tema tersebut.

Buku Kiat-Kiat Menggapai Mustajabah berusaha tampil menggoda dalam penampilan. Terbit hard cover dengan warna sampul yang eye catching buku itu diharapkan oleh penulis maupun penerbitnya bisa langsung menyedot perhatian pembaca. Konten yang dibingkai dengan ekonomi dan psikologi Islam, buku karya tokoh Muhammadiyah Jember ini bisa menjadi salah satu referensi bagi siapa pun yang ingin maupun sedang merintis wirausaha. Napas-napas Islam menjadi pedoman bagaimana seorang wirausahawan seharusnya dalam berkarya. Kerja keras, gigih, dan tidak pantang menyerah, serta tawakal atas hasil yang akan dicapai nanti.

Selain sebagai dosen, penulis buku yang juga pelaku usaha ini berusaha menularkan business knowledge dari pengalamannya selama ini. Melalui prinsip tawasuth dan tawazun (keseimbangan) diharapkan akan tercapai kesinambungan antara berkhayal dan berkarya, juga antara cita-cita dan realita. Manusia diberi kesempatan oleh Allah untuk mendayagunakan otaknya semaksimal mungkin untuk menghasilkan karya-karya besar yang akan memberikan manfaat kepada umat manusia di dunia. Namun potensi yang besar itu tidak akan bisa tergali tanpa ada kemauan dan kerja keras. Jadi otak menjadi sumber perencana, sedangkan watak sebagai sumber pelaksana.

Indonesia adalah contoh negara yang gagal dalam membangun watak kewirausahaan itu. Buktinya, sebagai negara yang kaya sumber daya alam, Indonesia tetap menjadi negara miskin. Padahal, tak hanya sumber daya alam, potensi sumber daya manusia negeri ini juga sangat besar.

Mengapa Indonesia miskin? Benarkah pemerintah gagal memimpin rakyatnya menuju kemakmuran? Paling gampang, memang menuding pemerintah yang gagal menciptakan lapangan kerja. Seharusnya setiap individu tidak bergantung pada ada atau tidaknya lapangan kerja yang disediakan pemerintah. Padahal jika setiap individu mampu berpikir dan bersikap mandiri, mau dan mampu mengembangkan potensi diri, kemiskinan tidak akan pernah terjadi.

Kemiskinan yang terjadi di negeri ini akibat cara berpikir yang miskin. Yaitu menerima apa adanya, tidak memiliki perencanaan, tak mampu mengelola sumber daya alam dengan baik, bahkan malah menghabiskan kekayaan alam yang tersedia (hlm. 6).

Islam sebagai agama yang bertujuan membawa rahmat bagi seluruh alam mengutuk keras mentalitas miskin tadi. Setiap Muslim harus mampu mengembangkan jiwa wirausaha. Mengapa? Setidaknya ada tiga spirit yang ditawarkan Imam. Pertama, manusia diserahi amanat oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi (QS Al Baqarah: 30). Sebagai pemegang amanat, manusia harus berani bertanggung jawab atas semua keadaan di bumi ini. Apakah kondisi bumi ini mundur, hancur, atau makmur adalah bergantung pada manusia melalui segala apa yang dikuasainya.

Kedua, sebagai manifestasi syukur nikmat. Seringkali syukur nikmat hanya menjadi ucapan tanpa perbuatan. Pada hakikatnya syukur nikmat adalah mendayagunakan semua potensi yang dianugerahkan Tuhan untuk dimanfaatkan oleh semua insan sesuai dengan perintah-Nya (sharfu'n ni'mati ila tho'ati).

Dan ketiga, niat. Niat merupakan sumber motivasi yang kuat. Bekerja mandiri harus bisa diniati sebagai ibadah, sebagaimana dilakukan oleh para nabi terdahulu. Dengan niat yang kuat dan lurus inilah akan lahir sebuah moivasi yang kuat.

Tiga poin itu yang menjadi inti kupasan buku ini. Sebagai bacaan populer, buku ini boleh dikatakan berat dan mirip buku akademik. Meski begitu, tidak mengurangi kekayaan maknanya yang inspiratif. Pada bab terakhir pembaca akan mendapatkan oase yang menampilkan tanya jawab penulis dengan masyarakat seputar praktik wirausaha. Contoh-contoh konkret dalam tanya jawab itu bisa memudahkan pembaca dalam membayangkan bagaimana sebetulnya membangun mentalitas sebagai seorang wirausaha.

Terakhir, banyak faktor yang mendorong seseorang untuk membaca atau membeli sebuah buku. Tampilan fisik dan judul yang mengena bisa menjadi stimulan. Namun, faktor penulis juga sering menjadi pertimbangan. Buku ini berusaha tampil memesona, dengan gaya bahasa berat namun tetap gampang dicerna.

Inspirasi yang sangat indah dari buku ini akan lebih lengkap jika pembaca tahu siapa profil Imam Munawwir, penulisnya. Sayang, tulisan ''tentang penulis'' itu tak tertera dalam buku ini. (*)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Motivasi Bisnis Bernapaskan Islami"

Posting Komentar